
Karanganyar (LogaritmaNEWS) – Acara Muhadhoroh Kubro yang digelar pada Sabtu malam (18/1/2025) menyuguhkan penampilan pidato bilingual yang memikat. Dua santri kelas IX A, Jundi Umar Dzissaif dan Ahmad Hamas Abdurrahman, berhasil memadukan bahasa Arab dan Jawa dengan cara yang penuh semangat dan sangat memukau.
Jundi membuka pidatonya dengan suara merdu, melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam bahasa Arab dengan penguasaan yang luar biasa. Mengenakan kostum ulama, ia menyampaikan dakwah dengan penuh penghayatan, membuat setiap kata yang diucapkannya terasa begitu mendalam dan menggetarkan hati para penonton.
Setelah Jundi, giliran Ahmad Hamas Abdurrahman yang melanjutkan dengan pidato dalam bahasa Jawa. Dengan mengenakan kostum Jawa ningrat yang elegan, Ahmad berhasil menghubungkan pesan dakwah kepada audiens dengan cara yang lebih akrab dan hangat. Pidatonya menjadi terjemahan dari dakwah Jundi, menyampaikan pesan yang dalam namun mudah dipahami oleh semua lapisan masyarakat.
Kolaborasi bahasa Arab dan Jawa ini menciptakan harmoni yang sempurna. Jundi dan Ahmad tidak hanya menyampaikan pesan dakwah, tetapi juga memadukan dua budaya yang berbeda dengan cara yang sangat indah dan penuh makna. Hal ini menjadi bukti bahwa dakwah bisa disampaikan dengan berbagai cara yang kreatif, tetap menghormati keberagaman budaya.
Keberhasilan kedua orator ini juga terletak pada penggunaan bahasa yang sangat efektif dalam menyampaikan pesan dakwah. Bahasa Arab memberikan kesan sakral, sementara bahasa Jawa menciptakan kedekatan dan mempermudah pemahaman audiens lokal. Keduanya berhasil menjembatani gap komunikasi, membawa pesan yang dapat diterima oleh seluruh hadirin.
“Penggunaan bahasa yang berbeda ini sangat menarik. Saya bisa merasakan kedalaman dakwah dalam bahasa Arab, dan pesan itu lebih terasa dekat saat diterjemahkan dalam bahasa Jawa,” ujar salah satu penonton yang terlihat terkesan.
Tepuk tangan meriah menggema sebagai bentuk apresiasi atas keberanian dan kemampuan Jundi serta Ahmad dalam menyampaikan dakwah. Mereka berhasil menunjukkan bahwa keikhlasan dalam berdakwah bisa tercermin melalui cara yang kreatif dan sesuai dengan konteks budaya setempat.
Kolaborasi bahasa Arab dan Jawa yang ditampilkan dalam acara ini juga menjadi simbol keberagaman dalam dakwah. Keduanya membuktikan bahwa perbedaan bahasa dan budaya bukanlah penghalang untuk menyampaikan pesan kebaikan dan kebermanfaatan bagi sesama.
Melalui penampilan ini, Jundi dan Ahmad menunjukkan bahwa dakwah tidak hanya soal bahasa, tetapi juga bagaimana pesan disampaikan dengan penuh rasa hormat terhadap audiens dan tradisi budaya yang ada. Keikhlasan dan semangat mereka membawa dakwah semakin mendalam dan menginspirasi bagi semua yang hadir. (sfd)
——————————————————————————————————————–
Info PPDB klik Disini
Brosur PDF Download Disini
“Yang Muda, Beriman, Bertaqwa, Smart, Cendekia”